Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Propinsi Aceh - Persyarikatan Muhammadiyah

 Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Propinsi Aceh
.: Home > Berita > ARTI PENTING SHALAT MALAM

Homepage

ARTI PENTING SHALAT MALAM

Senin, 29-07-2013
Dibaca: 3122

 

 

Banda Aceh (10/7) Menghidupkan malam-malam bulan Ramadhan dengan shalat Tarawih berjamaah: Shalat Tarawih disyari'atkan berdasarkan hadits Aisyah RA, berkata: "Sesungguhnya Rasulullah Muhammad SAW keluar pada waktu tengah malam, lalu beliau shalat di masjid, dan shalatlah beberapa orang bersama beliau”. Ternyata pada pagi hari, orang-orang memperbincangkannya. Ketika Rasulullah Muhammad SAW mengerjakan shalat (di malam kedua), semakain banyak orang yang shalat di belakang beliau. Di pagi hari berikutnya, orang-orang kembali memperbincangkannya. Di malam yang ketiga, jumlah jamaah yang di dalam masjid bertambah banyak, lalu Rasulullah Muhammad SAW keluar dan melaksanakan shalatnya. Pada malam keempat, masjid tidak mampu lagi menampung jama’ah, sehingga Rasulullah Muhammad SAW hanya keluar untuk melaksanakan shalat Subuh. Tatkala selesai shalat Subuh, beliau menghadap kepada jamaah kaum muslimin, kemudian membaca syahadat dan bersabda, “Saya telah tahu apa yang kalian perbuat, tidak ada yang menghalangi aku untuk keluar kepada kalian (untuk mengimami shalat) melainkan aku khawatir shalat malam ini difardhukan atas kalian. Ini terjadi pada bulan Ramadhan”. Rasulullah Muhammad SAW wafat dan kondisinya tetap seperti ini. (HR al-Bukhary dan Muslim).

Setelah Rasulullah Muhammad SAW wafat, syariat telah mantap, hilanglah segala kekhawatiran terhadap ummatnya untuk tetap melaksanakan shalat malam (qiyamullail). Disyari'atkan shalat Tarawih (qiyamullail) berjamaah tetap ada karena telah hilang 'illat (sebabnya), kerena 'illat itu berputar bersama ma'lul, ada dan tiadanya. Di samping itu, Khalifah Umar RA telah menghidupkan kembali syari'at shalat Tarawih (qiyamullail) secara berjama’ah dan hal itu disepakati oleh semua sahabat Rasulullah Muhammad SAW pada saat itu. Di mana diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata: “Adalah Rasulullah SAW menggalakkan qiyamullail (shalat malam) di bulan Ramadhan tanpa memerintahkan secara wajib”, maka beliau bersabda: “Barang siapa yang shalat malam di bulan Ramadhan karena beriman dan mengharapkan pahala dari Allah, maka diampuni baginya dosanya yang telah lalu”. (HR al-Bukhary, Muslim dan lainnya)

Selanjutnya diriwayatkan dari Aisyah RA, sesungguhnya Rasulullah Muhammad SAW “apabila memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan) beliau benar-benar menghidupkan malam (untuk beribadah) dan membangunkan istrinya (agar beribadah) dengan mengencangkan ikatan sarungnya (tidak mengumpuli istrinya)” (HR al-Bukhary dan Muslim). Kemudian diriwayatkan dari Aisyah RA, beliau berkata: “Adalah Rasulullah Muhammad SAW bersungguh-sungguh shalat malam pada sepuluh hari terakhir (di bulan Ramadhan) tidak seperti kesungguhannya dalam bulan selainnya”. (HR Muslim)

Demikian juga diriwayatkan dari Abu Salamah bin Abdur Rahman, sesungguhnya ia telah bertanya kepada Aisyah RA: “Bagaimana shalat malamnya Rasulullah Muhammad SAW di bulan Ramadhan?” maka beliau menjawab: “Rasulullah saw tidak pernah shalat malam lebih dari sebelas raka'at baik di bulan Ramadhan maupun di bulan lainnya”, caranya: “Beliau shalat empat raka'at jangan tanya baik dan panjangnya, kemudian shalat lagi empat raka'at jangan ditanya baik dan panjangnya, kemudian shalat tiga raka'at” (H.R: al-Bukhary,Muslim dan lainnya). Lebih lanjut diriwayatkan dari Aisyah RA, beliau berkata :”Adalah Rasulullah saw. apabila bangun shalat malam, beliau membuka dengan shalat dua raka'at yang ringan, kemudian shalat delapan raka'at, kemudian shalat witir” (HR Muslim). Hanya saja diriwayatkan dari Aisyah RA, sesungguhnya Rasulullah Muhammad SAW telah bersabda: “berusahalah untuk mencari lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir” (HR Muslim).

Dalam hal ini Prof. Dr. Tgk. H.  Al Yasa’ Abubakar, MA Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Aceh dan juga Guru Besar Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ar-Raniry Darussalam-Banda Aceh menyatakan bahwa, dalam bulan Ramadhan salah satu kelebihannya adalah shalat malam (qiyamullail) sebagaimana banyak hadist dari Rasullah Muhammad SAW menjadi sesuatu amalan yang baik dan sangat berarti untuk dilaksanakan bagi ummat Islam. Shalat malam (qiyamullah) di bulan Ramadhan jika dilaksanakan dengan sungguh-sungguh mempunyai kelebihan di bandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Akan tetapi shalat malam (qiyamullail) pada bulan lainnya dilaksanakan secara diam-diam pada larut malam ataupun banyak dilakukan sampai mendekati waktu fajar, namun shalat malam (qiyamullail) di bulan Ramadhan dilaksanakan secara berjama’ah di masjid-masjid, mushalla dan lain-lain, ini merupakan salah satu bentuk syi’ar ummat Islam yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan, sebagai bulan yang penuh keberkahan dan sering disebutkan sebagai shalat Tarawih.

Dinyatakan lebih lanjut oleh Al Yasa’ bahwa, shalat malam (qiyamullail) yang dilaksanakan pada bulan Ramdhan sebagai penyegaran dan pelatihan (training) bagi ummat Islam untuk menjadi kebiasaan kepada ummat Islam, jyga berimplikasi agar dalam kehidupannya pada sebelas bulan lainnya juga dihiasi dengan shalat malam (qiyamullail). Hal ini merupakan komitmen selaku hamba Allah agar kehidupannya selalu dihiasi dengan shalat malam (qiyamullail), agar nanti mempunyai sifat yang rendah hati, mempunyai perilaku yang baik dalam kehidupan, ataupun berimplikasi baik selama bulan-bulan lainnya selain bulan ramadhan, dimana aktivitas shalat malam (qiyamullail) dapat berlanjut hingga pada bulan Ramadhan berikutnya. Bahkan beliau juga setuju shalat malam (qiyamullail) jika dilaksaakan secara terus menerus dan baik, ini menjadi suatu indikator ataupun baromemeter sebagaimana keinginan semua ummat Islam sebagai manusia yang mempunyai fondasi keislaman yang baik serta bertaqwa.

Dalam hal ini Drs. K.H. Muharrir Asy’ari, Lc, M.Ag Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Aceh dan juga Rektor Universitas Muhammadiyah Aceh (Unmuha) menyatakan bahwa, bulan Ramadhan merupakan masa “training centre”, dimana selama sebulan ditraining/dilatih fisiknya, mentalnya dan kepekaan sosialnya, bahkan juga dilatih intelektualitas dan kecerdasan. Dengan melaksanakan banyak hal yang dilatih serta peka terhadap keadaan serta kreatif, karena kondisi fisiknya tidak dalam keadaan kenyang. Hal yang menjadi khusus dalam pelatihan mentalitas adalah usaha mendekatkan diri kepada Allah SWT, ini dilakukan dengan ibadah. Ibadah ada yang sifatnya khusus, yaitu tentang shalat jangan sampai tertinggal yang wajib, jangan sampai shalat malam (Tarawih)nya rajin ,tetapi shalat wajibnya tertinggal. Jadi shalat malamnya (Tarawih) mesti memperhatikan juga rukunnya meskipun sunnat. Sehingga shalat malam (qiyamullail) itu selama sepanjang tahun dapat dilaksanakan, hanya saja nama shalat malam (qiyamyllail)nya berbeda, tetapi hadist-hadistnya juga itu, karena pelaksaannya adalah sejak setelah shalat ‘Isya sampai terbit fajar. Memang lebih “afdhal” jika dilakukan sepertiga diakhir malam, setelah tidur jika melaksanakan shalat malam (qiyamullail), tetapi boleh juga melaksankan shalat malam (qiyamullail) setelah shalat ‘Isya.

Ditambahkan oleh Muharrir bahwa, shalat malam (qiyamullail) itu disamping merupakan “taqarrub” atau mendekatkan diri kepada Allah SWT, ini juga merupakan mendidik sikap mentalnya secara ruhiyah ataupun jiwanya, karena dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT jiwa ini menjadi tenang dengan do’a-do’anya. Di samping itu shalat malam (qiyamullail) mempunyai hikmah terapi mental, juga terapi fisik ini sesuai dengan salah satu hadist Rasulullah Muhammad SAW adalah, “shalat malam sebagai terapi fisik”. Shalat malam merupakan shalat sunnat “mu’aqadah” yaitu shalat sunnat yang selalu dilaksanakan oleh Rasulullah Muhammad SAW yang hampir tidak pernah putus shalat malamnya, ini menjadikan orang itu menjadi cerdas.

Suatu penekanan pernyataan oleh AlYasa’ bahwa, ini menurut ulama, bukan hadist Rasullah Muhammad SAW, bahwa “jika kamu ingin mendapatkan nasihat yang baik, maka mintalah nasihat pada orang yang shalat malamnya tidak terputus, itu lebih baik”. Menurut Muharrir, ini menunjukkan bahwa ini bentuk kesalihan. Hal ini menunjukkan shalih dalam ibadahnya dan juga salih dalam bidang sosialnya.

Pada masa Rasulullah Muhammad SAW, ada cerita seorang perempuan, dia rajin ibadah, mengaji, shalat malam dan lain ibadah lainnya, ketika seorang tetangganya mengadu kepada Rasullah Muhammad SAW bahwa, perempuan itu suka bergunjing, memfitnah, dengki, menghina dan merendahkan orang lain, maka Rasullah Muhammad SAW menjawab “hiya fin nar” (dia ada di dalam neraka). Dia beribadah selalu, tetapi tidak salih dalam kehidupan sosialnya. Meskipun demikian dalam kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai bahwa, rahasia kehidupan seseorang yang baik serta bermanfaat dalam kehidupan sosialnya, hal ini disebabkan shalat malam (qiyamullail)nya terus dilaksanakan, sehingga nampak sehat, rendah hati, berjiwa sosial dan banyak disenangi dan menjadi contoh bagi masyarakat lainnya. Dengan ibadah puasa yang dilaksanakan di bulan Ramdhan dan shalat malam (qiyamullail) dilaksanakan secara terus menerus menjadikan orang “cerdas”, baik secara rohaniah maupun mentalitas.   

Oleh karena itu dalam usaha kita terus meningkatkan nilai ibadah dan mendapatkan nilai latihan (training), melaksanakan shalat malam (qiyamullail) secara baik dan terus menerus, apalagi di bulan Ramdhan ini, insya Allah mungkin pada penggalan ketiga (sepertiga) terakhir bulan Ramadhan dapat dipertemukan dengan malam yang dirindukan oleh setiap orang yaitu, malam “lailatul qadar”, semoga kita dalam keadaan melaksanakan shalat malam (qiyamullail). Wallahu’alam bissawab. (fiqar & al)  


Tags: Kegiatan Ramadhan 1434 di Masjid Taqwa B. Aceh
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori: PWM Aceg



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website