Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Propinsi Aceh - Persyarikatan Muhammadiyah

 Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Propinsi Aceh
.: Home > Berita > RAMADHAN BULAN MEMBACA DAN MEMPERDALAM AL-QUR’AN

Homepage

RAMADHAN BULAN MEMBACA DAN MEMPERDALAM AL-QUR’AN

Sabtu, 13-07-2013
Dibaca: 2641

        

Sebagian Jamaah Shalat Tarawih di Mesjid Taqwa Muhammadiyah Banda Aceh (9/7)

Banda Aceh (13/7)  Segala puji bagi Allah yang menjadikan bulan Ramadhan lebih baik dari pada bulan-bulan lainnya dengan menurunkan al-Qur`an dan mewajibkan puasa bagi kaum muslimin sebagai salah satu pondasi Islam. Perintah Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk melaksanakan puasa di bulan Ramdhan (Al-Baqarah 183) yaitu: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu betakawa”. Kemudian Rasulullah Muhammad SAW telah menyampaikan kepada kita tentang ibadah-ibadah dibulan Ramadhan dan memberikan contoh kepada kita bagaimana sebaiknya menghidupkan bulan bulan yang penuh berkah ini.

            Dari Abu Hurairah RA ia berkata, Rasulullah Muhammad SAW memberi kabar gembira kepada para sahabatnya dengan bersabda: "Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah SWT mewajibkan kepadamu puasa di dalamnya; pada bulan ini pintu-pintu surge dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan para setan diikat; juga terdapat dalam bulan ini malam yang lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa yang tidak memperoleh kebaikannya, maka ia tidak memperoleh apa-apa." HR. Ahmad dan an-Nasa`i. Selanjunya amal kebaikan dalam bulan Ramadhan salah satunya adalah, membaca al-Qur`an. Membaca al-Qur`an sangat dianjurkan bagi setiap muslim di setiap waktu dan kesempatan. Rasulullah Muhammad SAW bersabda: "Bacalah al-Qur`an, sesungguhnya ia datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi ahlinya (yaitu, orang yang membaca, mempelajari dan mengamalkannya). HR. Muslim.

Demikian juga membaca al-Qur`an lebih dianjurkan lagi pada bulan Ramadhan, karena pada bulan itulah diturunkan al-Qur`an. Firman Allah SWT: (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).(QS: al Baqarah:185) Rasulullah Muhammad SAW selalu memperbanyak membaca al-Qur`an di hari-hari Ramadhan, seperti diceritakan dalam hadits 'Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata: "Saya tidak pernah mengetahui Rasulullah Muhammad SAW mem

 

baca al-Qur`an semuanya, sembahyang sepanjang malam, dan puasa sebulan penuh selain di bulan Ramadhan." HR. Ahmad. Di samping itu dalam hadits Ibnu Abbas RA yang diriwayatkan Bukhari disebutkan bahwa Rasulullah Muhammad SAW melakukan tadarus al-Qur`an bersama Jibril  di setiap bulan Ramadhan.

 

Drs. Muthorrir Asy’ari Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Banda Aceh menyatakan bahwa, sebagai bentuk kemuliaan Ramadhan dibandingkan dengan bulan lainnya adalan bulan diturunkannya Al-Qur’an, yang sanantiasa diperingati dengan malam Nuzulul Qur’an, ini menjadi sebuah momentum bersejarah bagi semua ummat Islam. Khitah Islam dimana Al-Qur’an merupakan acuan konsep dasar dalam beragama. Yang menjadi pertanyaan bahwa, sejauhmanakah dalam konteks Aceh mampu memahami nilai-nilai Al-Qur’an tersebut, terlebih lagi pada saat kita sedang melaksanakan puasa. Bahkan pemahaman yang paling minimal adalah sejauhmana ummat Islam mampu membaca Al-Qur’an tidak dalam kategori mampu memahami, apalagi dalam tingkat bisa menafsirkan. Masih dalam penekanan berapa persen atau banyaknya ummat Islam yang bisa membaca Al-Qur’an. Yang menjadi kekahwatiran bahwa di kalangan sekolah, perguruan tinggi bahkan masyarakat luas, jika dinilai dalam kalangan muda hal ini sangat memprihatinkan. Dalam hal ini pemerintah Aceh menetapkan sertifikasi dalam membaca Al-Qur’an, diharapkan sertifikasi berjenjang, dan juga mempunytai legalisasi pemerintah pada saat perekrutan pegawai dan lain sebagainya terhadap penilaian kemampuan membaca Al-Qur’an. Hal ini juga sinergi dengan yang dianjurkan oleh Pemerintah Daerah Aceh, program mengaji (beut) Al-Qur’an ba’da Maghrib. Ini merupakan korelasi antara ibadah shaum pada satu sisi dengan berbagai ibadah utama di bulan Ramadhan.

 

Selanjutnya Ustadz Ilham Banurea, SPd, salah seorang “Imam tetap” Masjid Taqwa Muhammadiyah dan anggota Majlis Tabligh PWM Aceh menyatakan. Satu hal yang lebih serius dengan permasalahan yang berkaitan dengan kemampuan membaca Al-Qur’an adalah terjadinya “krisis Imam”, hal ini sebenarnya sudah berlangsung lama. Berkaitan dengan momentum Ramadhan adalah adanya suatu kegiatan “tahsim” untuk imam, atau calon imam-imam. Agar para imam mampu tampil, ini perlu difikirkan serta duduk bersama membacakan Al-Qur’an, baik dengan cara menghafal ataupun membaca sesuai dengan kemampuan yang baik, mengkaji ulang “tahsim” bacaan yang telah ada. Dengan bulan Ramadhan ini merupakan momentum yang sesuai untuk melaksanakan kaderisasi para imam.

 

Dalam hal ini, jadi bukan hanya persoalan kesempatan untuk menjadi imam dari para imam yang lebih senior tidak memberi kesempatan, juga kesempatan untuk terus latihan, namun yang lebih serius adalah tidak adanya wadah untuk membuat “tahsim”, ataupun latihan serta juga bertanya pada imam yang lebih senior. Kemungkinan besar adanya “sikap risih” apabila ditanyakan kemampuan membaca atau menghafal Al-Qur’an. Ini merupakan yang sulit mendapatkan jawaban, kemungkinan saja lebih senang jika ditanyakan bagaimana kondisi atau keadaan rumah tangganya, jadi menanyakan kemampuan membaca Al-Qur’an bagaikan sebuah “aib” yang tidak mendapatkan jawaban yang baik. Jadi dengan puasa Ramadhan ini diharapkan dapat merupakan gebrakan baru meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an untuk mencetak kader imam, ataupun ”training” kaderisasi imam. Jadi mesti dimulai dari sekarang, jika tidak akan selalu terjadi krisis imam, ini diuapayakan sebagai salah satu aktivitas melaksanakan amal-amal kebaikan di bulan Ramadhan.

 

Selanjutnya Muthorrir menyatakan terkait dengan krisis kader imam itu merupakan suatu realitas, ini sebaiknya dalam bentuk kegiatan yang terorganisir khususnya dalam organisasi Muhammadiyah, semestinya wacana ini harus dikembangkan dalam musyawarah, kemudian ditetapkan dalam sebuah kebijakan persyarikan, tentang bentuk konsep, langkah serta tehnis pembinaan, siapa saja serta persyaratannya, sekurang-kuranya untuk keperluan Masjid Taqwa Muhammadiyah. Dan juga yang sangat prinispil adalah, tentang “kafaah”nya, Kemudian juga tidak hanya sekadar “tahsim” yang menjadi persyaratan tehnis, tetapi secara lebih luas adalah masalah pengetahuan agama, keulamaan, namun kadangkala dengan kelebihan ilmu yang dimiliki cenderung menciptakan sikap “superioritas”, angkuh dan sombong. Dalam hal ini ditekankan oleh Muthorrir adalah, harus ada “Akhlaq” imam, kepribadian imam, sehingga secara kasat mata adalah ini merupakan “watak” dasar yang didmiliki oleh seorang imam. Jadi tidak lagi memperlihatkan lagi perilaku dan sisi buruk seperti, merokok seenaknya, duduk di warung kopi dengan tidak menjaga perilaku yang sesungguhnya.

Kemudian ditambahkan oleh Ilham Banurea, bahwa untuk menjadi imam diperhatikan “bibit” potensial,dantidak sembarangan. Dalam hal ini menjadi imam sebuah tuuntutan yang didukung oleh kemampuan secara baik terbentuk secara “sunnatullah”, alami dan bisa saja imam secara “otodidak”, mungkin selama ini tidak diorganisir. Jika diorganisir secara baik dengan melaksanakan “training” imam mungkin akan menghasilkan imam yang baik serta berkualitas. Jika ada “training” imam, dapat saja diorganisir imam dengan bacaan selama bulan Ramadhan sebanyak 30 (tiga puluh) juz dapat diselesaikan dengan baik. Sehingga selama menjadi imam dalam bulan Ramadhan, ayat yang dibacakan dalam shalat tidak hanya itu-itu saja, jadi “tahsim” disini ada dasarnya, memperbaiki bacaan imam. Secara tegas disampaikan Ilham bahwa, Al-Qur’an ini bukan juz 30 (tiga puluh) saja, jadi imam juga perlu menghafal (hafiz) Al-Qur’an pada surat dan juz lainnya. Hal ini dapat menjadi perhatian di seluruh masjid “Taqwa” Muhammadiyah di berbagai tempat dan daerah. Sehingga momentum puasa Ramadhan kali dapat menciptakan sesuatu yang baru menghadapi krisis imam dalam kalangan organisasi Muhammadiyah, dengan memperkuat posisi para imam shalat jama’ah di Masjid Taqwa Muhammadiyah dimana-pun juga, meningkat kemampuan bacaan Al-Qur’an dalam bulan Ramadhan dalam rangka meningkatkan amal ibadah di bulan yang penuh berkah dan ampunan ini. Wallahu’alam bissawab.. (fiqar&al)


Tags: Wawancara Selesai Shalat Tarawih 1434
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori: Kegiatan Majlis Tabligh PWM ACeh



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website